#AyoTutupAurat – Area Muslimah



BismillahirRahmanirRahiim..

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur (jilbab)nya ke dadanya”. (QS. An-Nur : 30-31)


Yuk lirik tanggal, H-1 menuju hari yang mungkin dinanti oleh kebanyakan muda-mudi di luar sana. Kalau saya boleh sedikit kasar, jika 14 Februari benar-benar dirayakan sebagai Hari Valentine, sepertinya lebih cocok disebut hari ‘kebodohan’ nasional #upss. Okey, mohon maaf, anggap saja tadi itu debu yang iseng masuk mata :D

Tapi insya Allah, tanggal fenomenal tersebut akan dijadikan hari fenomenal pula tahun ini, dan mudah-mudahan menjadi cikal bakal kebaikan tahun-tahun kedepan.

Kalau teman-teman pernah melirik home facebook, atau, timeline twitter, yah sekedar kepo tentang topik pagi, siang, sore, atau malam itu, juga kepo dengan profile picture atau avatar user aktif di socmed tersebut, teman-teman pasti pernah pula melihat hashtag AYoTutupAurat yang saya jadikan judul posting kali ini. Betul? Mungkin ada yang bertanya-tanya, dan sampai sekarang belum terjawab. Apa sih itu? Apa sih yang mau diramaikan? Penting nggak sih? Oleh karenanya, akan saya tuliskan sedikit mengenai topik yang sedang booming ini. Perhatikan, dan jangan tatap mata saya. Tapi tataplah layar gadget anda J

Sudah saya sebutkan salah satu ayat penting bagi muslimah di atas sana. Sip, silahkan dilirik lagi. Saya pernah membahas ini di timeline twitter saya. Karena mungkin teman-teman luput dari itu, maka akan saya ulangi insya Allah..

Ada sebuah pernyataan yang awalnya membuat saya terheran-heran, tapi kemudian saya jadi menyadari banyak hal. Sebut saja yang menyebutkan ini bernama Mawar, “lingkungan saya nggak mendukung, saya jadi nggak enak kalau pakai kerudung panjang. Nggak apa-apa dong kan da’wah pelan-pelan, semua butuh proses,” loh ini kok da’wahnya setengah-setengah. Dari pernyataan ini saya berpikir, betul saja apa yang Rasulullah sabdakan,

خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)

Betul kita bukan malaikat, betul kita tidak setara dengan shahabiyah, betul kita tidak dapat disamakan dengan muslimah di masa tabi’in dan tabi’ tabi’in. Tapi bukan berarti kemudian kita menyepelekan banyak hal dong. Mari mulai dari yang paling kecil, lihat diri kita sendiri, sudahkah kita pantas disebut muslim? Ya, muslim, tingkatan paling rendah sebelum mu’min, muhsin, mukhlis, dan muttaqin. Setelah sebutan muslim itu pantas kita sandang, kemudian tebarkan kebaikan seorang muslim di lingkungan kita. Begitulah proses da’wah. Mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan seterusnya hingga mencapai ustadziatul ‘alam.

Kita sebagai seorang muslimah sudah sepantasnya mengetahui batasan-batasan ringan hidup di dunia. Bagaimana kita beradab, bagaimana kita bersikap, bagaimana kita melakukan penjagaan diri. Tidak terlepas dari bagaimana kita berpenampilan. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59)

Dijelaskan bahwa berhijab adalah salah satu bentuk penjagaan diri kita terhadap gangguan apapun. Itu Allah langsung loh yang memberikan ‘wejangan’. So, where’s the problem? Ketika halangan yang kita temukan kemudian benar-benar menghambat perintah Allah ini, sadarilah, bahwa halangan itu hadir dari diri kita sendiri. Dengan berbagai alasan, berhijab dianggap bukanlah suatu kewajiban. Coba kita lirik muslimah-muslimah pada masa lalu. Ketika ayat tentang hijab diturunkan, bukankah muslimah pada saat itu bersegera mencabut hordeng dan taplak meja, juga kain-kain lainnya yang dapat dipakai untuk menutupi aurat? Mengapa? Karena itu kewajiban. Ketika muslimah-muslimah pada masa lalu dipenjara, dipaksa membuka auratnya, dengan tegas mereka memilih mati dibanding aurat mereka terlihat. Mengapa? Karena itulah ‘izzah seorang muslimah. ‘Izzah, harga diri. Lalu kemana ‘izzah itu sekarang?

Sahabat muslimah yang dirahmati Allah, yuk kembali menengok hadits Nabi SAW…

 “ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?” Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab:“Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)

Di dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang sifat wanita penduduk neraka, beliau bersabda :

“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu)


Mungkin ada yang berpikir, “buat apa sih ngurusin orang? Urusin dulu tuh diri lo, udah bener apa belum?” Atau, “hijab sih hijab, akhlak lu mencerminkan hijab nggak?!”

Prinsip saya hanya satu, da’ maa yuriibuka ilaa maa laa yuriibuka. Tinggalkan apa-apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu. Sama seperti keyakinan teman-teman terhadap Islam dan aturan-aturan di dalamnya. Saya tidak ragu dengan hijab ini, saya pula tidak ragu memerhatikan teman-teman sesama muslim. Lihatlah, indahnya ukhuwah. Jika teman-teman ragu dengan ukhuwah ini, silahkan tinggalkan halaman ini J

Allahu a’lam bishowab, mungkin tulisan yang sedikit ini dapat memberikan sedikit pencerahan kepada teman-teman. Mari berbenah, dan hilangkan setiap ketidakpedulian terhadap saudara-saudara kita sesama muslim. Karena Allah berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُون
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)



JazaakumuLLah, semoga bermanfaat ^^

Comments

Popular Posting

Mengapa Jadi Begini?

REFUND (2)

Benda Asing di antara Kita