Sebuah Kisah | Bidadari, Seorang Pemimpi Nan Indah V (ending)
Saya berdiri menatap jendela kamar di asrama, yang dalam
waktu dekat akan saya tinggalkan. UN telah berlalu, yang akan kami hadapi
selanjutnya adalah tes masuk Perguruan Tinggi. Tapi saya masih punya hutang
untuk pesantren ini, setoran tahfidz. Saya menargetkan beberapa juz ketika
lulus nanti, tapi belum sepenuhnya disetorkan, dan ujian STIS mengajak saya
untuk sejenak meninggalkan asrama.
Memang Allah lah yang Maha Tahu keadaan saya, dan apa yang
terbaik untuk saya. STIS bukanlah yang terbaik. Lalu bagaimana kabar SNMPTN
Undangan yang saya ikuti beberapa bulan yang lalu? Ternyata, juga bukanlah yang
terbaik bagi saya masuk melalui jalur itu. Kabar ketidaklulusan saya di SNMPTN
Undangan memang menyakitkan, dan memang teman-teman saya pun tidak tembus jalur
itu, kecuali dua, dan salah satunya adalah Haura. Saya menyadari betul potensi
kelulusan dia jika dilihat melalui raport. Hey, tapi teman saya yang lain, sang
juara kelas, bernasib sama dengan saya. Ada apa gerangan? Jawabannya adalah,
buah kebaikan. Haura memiliki kelebihan yang berbeda dengan kita semua (yang
mendaftar melalui jalur tersebut). Ia hafal Al Al Qur’an. Well, ia hafal 30 juz
dalam Al Qur’an. Itulah mengapa, saya sadar betul esensi kalam Allah ini dalam
kehidupan kita. sangat beririsan. Saya hanya dapat mengucapkan, ”subhanallah..walhamdulillah…”
Ukhti fillah…kamu telah berhasil, membuat bidadari-bidadari
syurga cemburu padamu. Ya, bagiku, kau adalah bidadari di dunia ini, dan kelak
di akhirat, Allah akan memberikan derajat yang jauh lebih tinggi lagi insya
Allah. Lihatlah dirimu, mimpimu, anganmu, semua jadi nyata. Apakah semata
karena usahamu? Tidak, itu semua terjadi karena ada Allah di hatimu. Lalu
alasan apa yang membuatku tidak perlu mengikuti jejakmu? Tidak ada. Aku bahkan
harus bercermin pada dirimu yang akhlakmu sejalan dengan kalam Allah.
Ukhti fillah…lihatlah dirimu, seorang Mahasiswa Kedokteran
UNS, yang dalam waktu dekat akan kudengar prestasi-prestasi yang kau torehkan
di atas tanah air Indonesia. Lihatlah, beberapa tahun kedepan, akan kudengar
namamu yang indah menembus cakrawala Internasional, tak lupa gelar hafizhahmu. Bukan,
gelar itu bukan gelar dunia, tapi gelar akhirat. Gelar itu mungkin tak begitu
berarti di dunia, tapi di akhirat nanti, tiada gelar yang paling berarti selain
gelar itu. Semoga berkah Allah senantiasa mewarnai langkahmu, senantiasa
menjadikanmu semakin indah, selalu, semakin indah…
Ada satu cerita yang belum saya ungkapkan di sini. Cerita yang
membuatmu faham mengapa saya betul-betul terkagum-kagum dengan ciptaan Allah
ini, dan selalu menjadi motivasi bagi saya pribadi. Cerita tentang perjuangan
seorang Haura dalam adaptasinya dengan Al Qur’an;
Sudah saya ceritakan sebelumnya, bahwa saat ujian masuk
pesantren yang membuatnya ragu adalah ujian tahsin. Betul? Sudah saya ceritakan
sebelumnya, bahwa di awal kehidupannya di pesantren, ia masih duduk di dalam
kelompok tahsin, dimana kelompok itu setiap harinya hanya mengkaji tahsin,
bukan tahfidz, bukan hafalan, bukan muraja’ah. Mengapa demikian? Karena memang
ia tidak mahir membaca Al Qur’an. Saya katakan dengan jujur, saat itu, bacaan
Al Qur’annya, jika ingin dibandingkan dengan saya, masih jauh lebih bagus
bacaan saya. Dibilang berantakan, bisa juga. Kemudian bagaimana Allah mengawali
proses terbentuknya keindahan sang pemimpi ini..?
Diawali dengan kesadarannya akan kelemahannya ini. Ia justru
menjadikannya motivasi, saya ingat betul kata-katanya saat itu:
“Karena bacaan tilawah ane nggak akan betul kalau ane nggak
hafal bacaan itu.”
Sehingga yang dilakukannya ketika masih di kelompok tahsin adalah,
menghafal ayat-ayat yang akan ia bacakan kepada ustadzah pembimbing tahsin esok
harinya. Itulah, saya ingat dulu itu ketika masuk pesantren hafalannya baru
sampai surat Adh-dhuha, sedangkan saya sudah hampir 2 juz. Hello, kemana saja
sampai tertinggal bukan lagi selangkah, tapi ribuan langkah. Allahummaghfirli…
Begitulah, kisah yang membuat saya selalu terhenyak mengingatnya.
Dan semoga dapat menjadi pelajaran pula bagi teman-teman semua..
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‘Barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur’an dan berdzikir kepada-Ku (hingga
lalai) dari memohon kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan yang lebih utama
daripada yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta, dan
keutamaan Kalamullah daripada seluruh perkataan lainnya sebagaimana keutamaan
Allah atas makhluk-Nya.” (HR. Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits Hasan)
Comments
Post a Comment