Fastabiqul Khayrat
Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu'alaikum warahmatullah :)
Bagaimana kabar Indonesia? Rakyatnya? Pemimpinnya?
Menjelang 2014 banyak hal yang dipersiapkan oleh setiap lapisan masyarakat di negeri ini, "ini tahun politik!" Seperti akan ada pusaran badai besar di 2014 nanti. Dan memang betul begitu adanya. Ini bukan bentuk kepanikan, meski mungkin ada yang merasa panik. Ini bukan bentuk kebingungan, meski banyak pula yang merasa bingung. Ini bukan bentuk kegirangan, meski pasti ada yang merasa girang. Tapi ada yang lebih mulia dari itu semua, ini adalah kepedulian.
Ketika kita mencoba membuka mata, bahwa kesibukan tersirat di mana-mana, semua heboh, semua terasa hiperbola. Licik sana licik sini. Curang sana curang sini. Miris. Tapi jauh lebih miris lagi, ketika tidak adanya kepedulian itu, ketika sebagian yang di sana tidak memikirkan, atau bahkan menghapus agenda politik dari kehidupannya. Nampak pernyataan-pernyataan mengerikan seperti,
"Biarlah, saya hanya orang biasa, pemimpin kayak gimana pun gak akan berpengaruh."
"Indonesia sudah terlanjur bobrok, susah diperbaiki, hutang numpuk, siapapun pemimpinnya, saya tidak peduli."
"Yah, pemilu hanya ajang eksistensi saja, gak ada langkah konkret. Terserahlah siapa presidennya, gak peduli"
"Pemilu itu anaknya demokrasi, gak usah ikut-ikut pemilu, haram."
"Saya sudah pengalaman presiden gonta-ganti ga keruan tapi saya tetap saja miskin,"
Bla bla bla bla.
Teman-teman, ini bukan soal siapa yang memimpin, siapa yang eksis, apa pengaruhnya, bahkan bagaimana sifat pemilu. Bukan, bukan soal itu. Tapi ini soal kebermanfaatan. Ini soal kesejahteraan. Ini soal kontribusi perbaikan demi kemenangan ummat. Ini soal,
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (البقرة: ١٤٨)
"Dan bagi tiap-tiap umatnya ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Baqarah: 148)
Inilah, memikirkan pemimpin masa depan merupakan cikal bakal lahirnya kebaikan. Setidaknya partisipasi kita dalam pemilu sekecil apapun merupakan bentuk kepedulian kita, dan bentuk bersegeranya kita terhadap perbaikan negara, khususnya ummat. Lalu bagaimana jika memikirkannya saja sudah njelimet, pusing, bingung, dan berujung pada acuh tak acuh?
Ketika kita mau berpikir, seorang pemimpin mencalonkan diri sebagai presiden bahkan jauh lebih baik dari pada yang bungkam dari pergerakan, menjauhi perpolitikan. Setidaknya beginilah kultur ketatanegaraan global. Setidaknya perbaikan yang paling ideal, efisien dan efektif untuk saat ini adalah menjadi orang yang berpengaruh, menjadi pemimpin, menjadi pemegang kebijakan. Karena dengan inilah justru langkah konkret dapat diterapkan. Bayangkan, ketika pemimpin terpilih bukan berasal dari rakyat. Bayangkan ketika pemilih di pemilu nanti prosentasenya jauh lebih kecil dibandingkan yang golput. Lalu siapa yang mau mempertanggungjawabkan kerusakan yang terjadi? Apakah Indonesia ini milik pemimpin dan partisipannya saja, atau milik setiap orang di setiap jengkal tanahnya?
Miris. Ketika usaha perbaikan di sektor negara justru banyak yang mengecam, menolak dan tidak mendukung. Aktivitas politik terhitung kotor dan haram disentuh. Padahal Allah berfirman,
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An Nisa: 58)
Rasulullah saw bersabda, "Jika amanah disia-siakan, tunggulah saat kehancuran." Ada sahabat bertanya, "bagaimana menyia-nyiakannya?" Baginda saw menjawab, "jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya." (HR. Bukhari)
Coba kembali fahami, bahwa agenda politik tahun ini, dan tahun-tahun selanjutnya merupakan agenda bersama. Konsentrasi dan fokus bersama. Semoga kita tetap istiqomah dalam menjalankan syari'at-Nya dan semoga Allah tetapkan kepada kita agama-Nya.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)
Wallahu A'lam bishowab...
Selamat beraktivitas ^^ wassalam...
Comments
Post a Comment