Memorabilia
HARI AYAH NASIONAL – 12 November 2013
Bismillahirrahmanirrahim….
Malam ini memori yang dulu cerah berwarna dan kini mulai
kelabu kembali bermain di benak saya. Saya lupa Negara ini punya Hari Ayah di
samping Hari Ibu dan Hari Anak Nasional. Ketika tadi saya melihat twit teman
saya;
Memori ini mulai mengalir deras..
Ingatan terdekat saya adalah setahun lalu, tepat 6 Oktober
2012, saya sedang mengikuti Dauroh Marhalah I KAMMI. Beliau mengirimkan SMS
berlembar-lembar yang sungguh jika kau membacanya, kau akan bertanya-tanya, “benarkah
ia adalah Ayah dari 14 anak?”
SMS yang mengharukan, sekaligus menyadarkan. Satu kalimat
yang selalu terbayang-bayang di mataku; “Tugasku bukanlah membuatmu dikagumi
orang lain, tapi tugasku sebenarnya adalah membuatmu dicintai Allah,” tidak
kurang, tidak lebih. Persis begitu yang beliau tuliskan. Satu tahun silam, di kalimat
tersebut saya terpaku. Kemudian teringat, ketika dulu beliau terus saja
menanyakan berapa rankingku, berapa hafalan Qur’anku, bagaimana prestasiku,
ikut lomba apa. Itu semua, yang membuatku bertahan di ranking atas, meski
selama SMP-SMA belum pernah kusentuh ranking tertinggi, tapi aku cukup
membuatnya tersenyum. Itu semua, yang kemudian membuatku aktif di sana-sini,
membuatku tergerak masuk kelompok takhosus, itu semua, mudah kulakukan
karenanya, Ayahku, yang biasa kusebut Abi.
Lalu kalimat itulah yang menyadarkanku, beliau bukan sama
sekali mengajarkanku sombong di depan orang lain, bukan juga membuat orang lain
kagum padaku. Beliau hanya mengajarkan, dengan kesungguhanlah Allah akan mencintai
hamba-Nya. Hasil merupakan salah satu indikasi kesungguhan. Ketika kau berhasil
dengan jujur, maka kau adalah orang yang beruntung. Beliau hanya mengajarkan
bagaimana cara bersyukur, maka dengan bersyukurlah Allah akan mencintai
hamba-Nya..
Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman?
Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nisa: 147)
Kalimat itu, membuatku menyadari, bahwa kemudian tugasku sebagai
anak adalah menuntaskan tugas-tugas orang tua. Meloloskan harapan-harapannya. Membuat
mereka ridha, dan kemudian bangga ketika anak-anaknya satu persatu meninggalkan
dunia. Bangga karena kita sebagai anak didiknya, sebagai barang yang Allah
titipkan, dapat kembali kepada Sang Pemilik tanpa cacat dari segi ibadah dan
akhlak, bahkan dengan kelebihan-kelebihan lainnya. Bangga karena Allah. Lillah,
Lillah….
Satu lagi memori tersingkap di benakku, masih satu tahun silam. Tepatnya
bulan Juni 2012. Saya melakukan perjalanan dari Pandeglang ke Jakarta ditemani
Abi untuk mengikuti Ujian Masuk Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) di Otista,
Jakarta Timur. Saat itu dengan optimistis ia mengantarku, berbicara banyak hal
di atas Bis. Dan saya betul-betul merasakan, “inilah Abiku.” Setelah tahun-tahun
terakhir beliau hampir hilang dari episode kehidupanku. Nasihat dan cerita yang
sampai detik ini masih hangat di telingaku, seolah mengabarkan betapa beratnya
menjadi seorang Ayah.
“Surat Cinta Untuk Anakku Tersayang [dari Abi]
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,,
Bismillahirrahmanirrahim…
Nak…., menjadi ayah itu indah dan mulia, dengan itu aku bangga.
……”
Itu kalimat-kalimat pertama dalam SMS cintanya yang tidak sanggup
saya tuliskan selengkapnya. Kawan-kawan, Ayah adalah sosok yang keras bagi
sebagian anak, meski banyak di antara mereka yang lembut. Ayah adalah sosok
menakutkan bagi sebagian orang, namun di antaranya merupakan penguat dan
penyemangat. Bagaimanapun, Ayah adalah manusia, manusia yang fitrahnya tidak
pernah lepas dari kesalahan. Manusia yang berusaha menyebarkan kebaikan meski
dirinya tersandung-sandung dalam kebaikan tersebut. Manusia yang selalu
mendahulukan kepentingan orang lain, yakni anak-anaknya, di samping
kepentingannya sendiri. Itulah, karena menjadi seorang ayah adalah indah dan
mulia….
Pernahkah kau ditunggui oleh Ayahmu ketika berbelanja di mall,
sementara asam urat beliau kambuh dan masih setia menunggui? Itulah Abiku…
Pernahkah kau harus bersegera diantar dengan motor berpuluh-puluh
kilometer oleh Ayahmu dini hari, padahal beliau belum 2 jam tertidur? Itulah Abiku…
Pernahkah kau dibelikan oleh Ayahmu ini itu karena kebutuhan dan
kesenanganmu padahal beliau sedari tadi menghitung-hitung jumlah simpanan di
ATMnya, tapi wajahnya dan mulutnya terus saja berbicara, “mau apalagi teh? Din?
Dibeli aja..” Itulah Abiku…
Dan masih banyak lagi. Salah satunya SMS panjang yang terakhir
beliau kirimkan. Bahkan saya tak sanggup membalasnya hingga beliau menelepon,
dan saya hanya mampu mengatakan, “iya bi…jazakumullah khayran katsiiran…”
Satu lagi jawaban yang selalu ia berikan ketika saya berterima kasih, "لا شكر على واجب" tidak
ada terima kasih untuk sebuah kewajiban. Semoga Allah senantiasa meridhai,
memberkahi, dan merahmati setiap langkahnya, mengampuni dosa-dosanya, selalu
mencintainya, dan menjadikannya salah satu hamba-Nya yang mendapat ganjaran
kebaikan sebagaimana dalam hadits, Rasulullah menyebutkan,
مَنْ
كَانَ لَهُ ثَلاَثَةُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقَاهُنَّ
وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
"Barangsiapa yang memiliki
tiga anak perempuan lalu ia bersabar atas mereka, dan memberi makan mereka,
memberi minum, serta memberi pakaian kepada mereka dari kecukupannya, maka
mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka pada hari kiamat" (HR Ibnu Maajah no 3669 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam
As-Shahihah no 294)
Allahumma
Aamiin….
“Ayah, dan
pastinya ditemani Ibu selalu berdoa untuk kehidupan anaknya. Sedangkan anaknya,
di saat orang tuanya sudah tua renta, sakit-sakitan dan merepotkan, akan berdoa
untuk kematian orang tuanya.” Na’udzubillah…perhatikan sikapmu, karena cinta
Ayahmu tak akan terobati dengan penyembuh apapun, dan tak akan terbalaskan
dengan sebesar apapun cintamu.
Percayalah,
bahwa Pahlawan itu adalah Ayahmu…
Selamat
Hari Ayah Nasional. Last I say, I love you dad, Lillah…
subhanallah :")))
ReplyDeleteBaik2 sama abi yah :)
Delete