Ternyata, Bukan Soal ‘Bisa’
Bismillahirrahmanirrahim....
Jumu’ah Mubarak J
Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS. Al Baqarah: 286)
Sering kali kita diingatkan oleh sahabat, guru, saudara,
atau orang tua, bahwa setiap masalah yang sedang kita hadapi, kita pasti bisa
melewatinya.
“Jangan menyerah, kamu pasti bisa!”
“Fulan saja bisa, kenapa kamu nggak?”
Atau ucapan-ucapan lain yang menggunakan kata ‘bisa’. Kita semua
tahu, bahwasanya setiap manusia Allah karuniai berbagai kebisaan, berbagai
kelebihan, meski tak luput dari kekurangannya.
Setiap manusia memiliki potensi, dan memang setiap masalah Allah kadarkan, Allah berikan sesuai kesanggupan hamba-Nya. Tapi ternyata, ini bukan soal ‘bisa’. Ada hal lain yang Allah berikan kepada manusia dalam menghadapi setiap persoalan. Ada ‘keinginan’ di sana, ada ‘kesempatan memilih’ di sana.
Setiap manusia memiliki potensi, dan memang setiap masalah Allah kadarkan, Allah berikan sesuai kesanggupan hamba-Nya. Tapi ternyata, ini bukan soal ‘bisa’. Ada hal lain yang Allah berikan kepada manusia dalam menghadapi setiap persoalan. Ada ‘keinginan’ di sana, ada ‘kesempatan memilih’ di sana.
Ini bukan soal BISA atau TIDAK BISA. Tapi ini soal MAU atau TIDAK
MAU. As the common phrase goes, “where there’s a will, there’s a way.” Ketika
ada kemauan, maka akan ada sebuah jalan.
Maka, telah Allah berikan akal pada manusia untuk memilih,
memilih apakah ingin melanjutkan yang dirasa baik untuknya, atau meninggalkan. Memilih
apakah berjalan di atas kebaikan atau keburukan. Memilih apakah akan melakukan
perubahan, atau berdiam diri. Memilih apakah akan sukses, atau gagal. Memilih apakah
berakhir “Happy Ending”, atau “Sad Ending”. Ini bukan soal BISA atau TIDAK
BISA, melainkan MAU atau TIDAK MAU.
Maka tidak lagi ada pertanyaan, BISAKAH? Yang ada hanya, MAUKAH?
Bukan ‘BISAKAH saya bangkit dari keterpurukan ini?’ tapi ‘MAUKAH saya bangkit dari keterpurukan ini?’.
Bukan ‘BISAKAH saya suatu saat menjadi seorang yang berguna?’
tapi ‘MAUKAH saya suatu saat menjadi orang yang berguna?’.
Bukan ‘BISAKAH saya menginjakkan surga Allah tanpa hisab-Nya
di akhirat nanti?’ melainkan ‘MAUKAH saya menginjakkan surga Allah tanpa
hisab-Nya nanti?’
Maka dengan lahirnya sebuah kemauan, ‘bisa’ itu pun dapat
diraih. Karena prasangka Allah mengikuti prasangka hamba-Nya...
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)
Allahu A'lam...
Fastaqim ^^
Comments
Post a Comment