Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI

Bismillahirrahmanirrahim…

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah tulisan #CeritaJika di blog Mas Kurniawan Gunadi yang ke 46 tentang Jika Istrimu Seorang Mahasiswi Farmasi yang dikirimkan oleh temanku di suatu sore. Hari itu, 29 September 2014, penat rasanya, karena kuisku di 2 mata kuliah terancam gagal. Nyatanya, satu kurang baik, satu lagi sangat tidak baik. Pening. Ditambah sorenya aku bolak-balik mencari kendaraan untuk berangkat mengajar, yang kemudian kutemukan pinjaman di sekre KAMMI Komsoed yang jaraknya dari kosku hanya sekitar 4 gang saja. Pada saat itulah, seusai mengajar, temanku mengirimkan alamat blog Mas Gun, yang judulnya Jika Istrimu Seorang Mahasiswi Farmasi. Terima kasih, karena sudah menginspirasiku untuk menjiwai kefarmasianku :)

Kali ini aku akan bercerita, tentang, Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI. Aku tidak mengirimnya ke Mas Gun karena aku membawa merk. Ini bukan ukuran baku, bukan teori, bukan kumpulan referensi. Ini hanyalah opini, yang hadir dari hasil observasiku sebagai kader KAMMI. Selamat membaca :)

Ehem...

Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI, mungkin di awal kau membayangkan betapa menyenangkannya, memiliki istri yang banyak ilmunya, baik dari segi agama, kompetensi, sosial politik, atau bahkan seni. Mungkin sebelum kau menikahinya sudah terbersit hal-hal yang sifatnya perfecto. Istrimu cerdas, pandai menganalisis, kritis, shalihah, hafizhah, piawai, ulet, amanah, militan, berwawasan luas, penuh gagasan, penuh ide, lalala cetar membahana. Ah, tapi mungkin seiring berjalannya waktu, kau menemukan banyak sekali kekurangannya. Ia kurang peka, atau ia tidak bisa memasak, atau ia bukan pendengar yang baik, atau wawasannya tidak luas, atau hafalan Qur’annya tak sebanyak yang kau bayangkan. Bagaimanapun, ingatlah bahwa dari segala kekurangannya, ia memiliki keinginan besar untuk menjadi ibu teladan, ibu yang cerdas, ibu yang dibanggakan oleh anak-anaknya. Ia selalu berusaha menjadi orang yang baik akalnya, baik hatinya, baik akhlaknya, juga baik jasadnya.

Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI, mungkin seringkali ia tersibukkan dengan aktivitasnya, urusan rumah terlupakan, menanyakan kabarmu saja tidak sempat, apalagi menanyakan kau mau makan apa. Mungkin rentetan aktivitasnya membuat kau bosan, melihatnya seperti seterikaan di dalam kamar, di ruang tamu, di ruang tengah. Kau tertidur ia masih terjaga, kau terbangun dini hari ia masih segar. Kau berangkat kerja dia heboh siap-siap berangkat juga. Tapi ingatlah, bahwa pekerjaannya adalah kerja-kerja peradaban, aktivitasnya bukan sekedar aktivitas horizontal, tapi juga vertikal. Visinya membangun peradaban tidak kalah besar dari visinya membangun keluarga, karena dia paham bahwa tahap pertama membangun peradaban adalah membina keluarga.

Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI, mungkin seringkali pendapatmu tak sesuai dengan pendapatnya, kemudian ia terdiam atau bisa jadi ia tak memperdulikan mimikmu, terus saja ia nyerocos memenangkan argumennya. Terkesan tak taat pada suami, ia nampak ingin menang. Mungkin kau sering menemukannya bertele-tele dalam mengambil keputusan, penuh pertimbangan, atau terlalu menggunakan perasaan ketika memutuskan. Mungkin kau sering menemukannya bersikap pragmatis, sedangkan kau yang teoritis normatif akhirnya gatal dan memarahinya. Atau seringkali ia nampak linglung, plinplan, tidak dapat memutuskan, kemudian kau gatal ingin menggaruknya. Kader KAMMI kok begini, kader KAMMI kok begitu. Tapi hargailah, karena kau akan menemukannya cenderung diam dalam forum besar, menghormatimu dan menjaga kehormatanmu, membelamu ketika kau dipersalahkan, dan meluruskanmu secara halus ketika kau melakukan kesalahan.

Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI, mungkin kau akan menemukannya asyik di depan tumpukan buku. Lebih tertarik berlama-lama di toko buku dibandingkan di pasar. Lebih senang membaca daripada memasak. Lebih suka belanja buku daripada belanja bulanan. Lalu akhirnya kau harus turun tangan mengambil alih belanja dan memasak. Tapi ketahuilah, bahwa keinginannya menjadi ibu yang cerdas lebih besar daripada keinginannya memborong toko buku. Ia tahu posisinya kelak adalah menjadi madrasatul ula, sekolah pertama bagi anak-anaknya. Jangan pula kau takut aktivitasnya akan menghalangi pembinaan anak-anakmu, karena ia mempunyai mimpi besar melahirkan generasi-generasi Rabbani.

Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI, jangan takut keluargamu akan dipandang buruk oleh tetangga, karena istrimu sudah terbiasa berinteraksi dengan masyarakat, sudah tahu perannya dan sudah paham bagaimana menempatkan diri di tengah masyarakat. Ia akan menjaga kehormatanmu sebagai suami, menjaga izzahnya sebagai istri, dan menjaga keluargamu di manapun dan kapanpun ia berada. Karena ia tahu firman Allah, “Maka wanita-wanita yang shalihah ialah wanita-wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka.”

Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI, tegurlah ketika ia melakukan kesalahan, nasihatilah untuk terus melakukan kebaikan, dan berilah penghargaan ketika ia melakukan kebenaran. Ia adalah manusia biasa, bukan bidadari surga, tapi buatlah bidadari surga itu cemburu padanya. Ajarilah ia agar menjadi istri yang taat padamu, karena satu hal yang pasti, ia tidak mendapatkan pelajaran tentang menaatimu di KAMMI, tapi paling tidak ia mengerti bagaimana menaati seorang pemimpin. Ia tidak dibentuk menjadi wanita yang kau inginkan, tapi ia dibentuk menjadi makhluk yang Allah inginkan. Ia tidak diajari cara membuatmu bahagia, tapi ia diajari bagaimana membahagiakan rakyat dan bagaimana menjadi bermanfaat bagi orang lain. Ia tidak dipersiapkan untuk mencintaimu, tapi ia dipersiapkan untuk mencintai bangsa dan negara. Visi besar yang terstruktur, sistematis, dan massif.

Menjadi kader KAMMI bukan hanya sekedar pengalaman yang dapat diceritakan, ia adalah perjalanan hidup, sebuah tahapan yang melahirkan lompatan besar, ibarat dorongan potensial listrik yang menciptakan sebuah puncak di EKG (alat pengukur detak jantung). Perjalanannya seperti modal besar dalam optimisme mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Menjadi kader KAMMI merupakan pertemuanmu dengan jati dirimu.

Allahu A’lam. Jika Istrimu Seorang Kader KAMMI, pastikan ia adalah kader aktif, sehingga tulisanku di atas bisa kau buktikan. Sayonara :D

**Mengisi malam yang sepi tanpa internet

Comments

Popular Posting

Mengapa Jadi Begini?

REFUND (2)

REFUND (1)