Mulutmu Harimaumu



Bismillahirrahmanirrahim...

Saudariku, betul kata orang dahulu, mulutmu harimaumu. Manis ucapanmu, membuat terpesona. Buruk ucapanmu, menurunkan derajat. Mulutmu harimaumu bermakna salah ucap dari mulutmu, akibatnya akan menimpa pada dirimu sendiri, sebagaimana mengasuh seekor harimau, salah mengasuh, ia dapat menerkammu.

Saudariku, mulutmu harimaumu. Mudah sekali kata-kata yang terucap dari mulutmu ternyata menjadi boomerang bagimu.
Ketika kau menghibur seorang teman lelaki, bisa jadi niat yang lurus tidak satu frekuensi dengan penerimaan sang teman, ia salah mengartikan. Ketika kau marah, dan terucaplah kata-kata kesal sumpah serapah yang bagimu mudah, sepele, bisa jadi stempel ‘tempramen’ atau bahkan ‘tukang maki’ sudah tersemat di keningmu. Ketika kau sedih, lalu kau ceritakan dengan penuh keluh kesah pada teman lelakimu, bisa jadi timbul kekhawatiran dan perhatian yang berbanding lurus dengan perasaan oleh sang teman. Mulutmu harimaumu…

Saudariku, ketika kau loncat kegirangan, menampakkan antusiasme yang besar ketika kegiatan yang menjadi hobimu akan diadakan, dengan ucapanmu, tahukah kau bagaimana perasaan teman lelakimu? Mungkin tak ada yang spesial baginya, tapi sangat mungkin itu sangat spesial baginya, karena kau memiliki hobi yang sama dengannya.

Saudariku, ketika kau bilang, “aku sedang masak ini nih,” pada teman-temanmu, apakah kau pikir semua yang mengatakan “waah, mau donggg” hanya karena betul-betul lapar atau doyan? Bisa jadi, bisa jadi di antara mereka ada yang bergumam, mengucap dalam hati, “Allah..dia pandai memasak ternyata…”

Saudariku, mulutmu harimaumu. Ketika kau sibuk dengan tugas-tugasmu, lelah, begadang, lalu kau update status media sosialmu, apakah kau pikir di antara yang melihat mereka hanya akan mengasihani, kemudian menyemangatimu? Kau tidak tahu, bisa jadi ada seseorang yang sangat mengkhawatirkanmu, sambil berkata dalam hati yang berbunga, “rajin sekali kamu…semoga sehat selalu…”

Saudariku, ketika kau sangat bijak dalam sebuah forum, menanggapi dengan tenang, dengan senyum yang mempesona dan mantap. Apakah kau pikir semua orang dalam forum hanya merasa bangga dan senang? Kau tidak tahu, bisa jadi di sana ada seseorang yang terus memandangimu, berdebar hatinya sambil membatin, “bijaksana, baik, cantik, cerdas, apa yang kurang dari kamu?” Mulutmu harimaumu…

Saudariku, ketika kau menganalisis sebuah kasus dalam bidang kompetensimu, kau ungkapkan argumen dengan tegas, seakan-akan kau tahu segalanya, dan memang itulah yang ingin kau tampilkan, kau menguasai bidang ilmumu. Apakah kau pikir semua orang hanya akan menerima argumenmu, mengakui kebenaran ucapanmu, mengetahui kecerdasanmu? Padahal ada di antara mereka, yang semakin bermekaran bunga di hatinya, memujamu, kau cerdas, cerdas, dan aku sangat suka itu…

Saudariku, mulutmu harimaumu, banyak sekali ucapanmu yang dapat disalah-artikan. Ucapanmu yang secara gamblang tanpa filter, bisa jadi menerkam dirimu sendiri. Kau pandai, kau punya keahlian, kau cantik, tapi jadikan itu bermanfaat, jangan beri kesempatan setan jatuhkan kau ke lubang maksiat. Banyak sekali ucapanmu, tingkahmu, ekspresimu, yang diterima oleh indera penglihatan lawan bicaramu tidak sesuai dengan sinyal niat dari kepalamu. 

Hati ini berniat, berazzam, tapi kau tahu, niat itu tercermin dari bagaimana kita bersikap. Maka perbaharui terus niatmu, jauhi riya, jauhi sombong, jauhi dengki, jauhi dusta. Karena tak ada yang tahu persoalan hati, kecuali Yang Maha Menguasai hati. Mohonkan terus diteguhkan hatimu di jalan-Nya, dan dijauhkan dari kemaksiatan.

Saudariku, mulutmu harimaumu…jagalah bicaramu, bisa jadi itu menyakiti, bisa jadi itu menyenangi, dan bisa jadi itu dipuja-puji. Kaum perempuan, kita sadari mereka sensitif, lembut, sangat senang diperhatikan, sangat ingin dicintai. Tapi jadilah perempuan yang teguh, punya izzah. Tak mudah membuat semua orang menyenangimu, yakinlah bahwa banyak kekuranganmu yang mungkin sekali orang benci. Hingga kau tak mudah larut pada riya dan kesenangan yang tak berarti. Yakinlah kelebihanmu akan bermanfaat bagi orang lain, tapi bukan dengan jalan mempromosikannya secara berlebihan. Yakinlah, bahwa kau itu mulia…

Uhibbukunn fillah, ingatkan aku ketika aku salah, karena aku hanyalah manusia biasa, penuh dosa..

*Sebuah Renungan bagi para Akhwat, tak terkecuali diriku**

Comments

  1. Terima kasih Kak sudah mengingatkan, terima kasih sudah menjadi inspirasi:)
    Semoga Kakak dan keluarga selalu dalam lindungan Allah swt.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posting

Mengapa Jadi Begini?

REFUND (2)

Benda Asing di antara Kita