Posts

Showing posts from March, 2013

Sebuah Kisah | Bidadari, Seorang Pemimpi Nan Indah V (ending)

Saya berdiri menatap jendela kamar di asrama, yang dalam waktu dekat akan saya tinggalkan. UN telah berlalu, yang akan kami hadapi selanjutnya adalah tes masuk Perguruan Tinggi. Tapi saya masih punya hutang untuk pesantren ini, setoran tahfidz. Saya menargetkan beberapa juz ketika lulus nanti, tapi belum sepenuhnya disetorkan, dan ujian STIS mengajak saya untuk sejenak meninggalkan asrama.

Sebuah Kisah | Bidadari, Seorang Pemimpi Nan Indah IV

Menjelang UN, saya sedikit bingung, atau gaulnya ‘galau’. Karena saya harus segera mendaftar SNMPTN undangan (saat itu masih ada SNMPTN jalur tulis). Dan saya hampir putus asa karena keinginan saya tidak dapat diterima. Abi menginginkan saya melanjutkan di bidang kesehatan, dan saya sedikit merasa keberatan karena saya lemah dalam menghafal pelajaran, atau dengan kata lain, saya lebih senang hitung-hitungan. Kalau boleh saya ceritakan, nilai Biologi saya jarang sekali mendapat bagus. Kemudian kegalauan itu saya utarakan pada Haura, sahabat saya yang telah hafidz Qur’an, dan pastinya ia memberikan banyak masukan, menghubungkan segala sebab-akibat, dan yang terakhir memberikan nasihat-nasihat yang mengubah pola pikir saya, sampai saat ini. Saya masih ingat betul kata-katanya yang kemudian membuat ghirah itu muncul, yang kemudian saya berani mengambil tantangan besar dalam hidup saya, yang kemudian saya berani melawan gradiensi yang bertolak belakang sama sekali dan tidak pernah terp...

Sebuah Kisah | Bidadari, Seorang Pemimpi Nan Indah III

Melepas rindu, meski senang sekali rasanya satu bulan di rumah, tidak terkekang oleh aturan-aturan Pesantren. Tetapi selalu ada yang kurang, sahabat, membuat kesenangan itu luntur. Terlalu lama rasanya satu bulan meninggalkan “rumah” baru kami. Maka ketika satu bulan itu berakhir, sungguh segala cerita siap kami tumpahkan, bertemu sahabat dengan hebohnya, mendengar dan bercerita pun dengan hebohnya, tanpa kenal waktu, hingga larut malam, itulah kami. Saya teringat, liburan itu spesial, saya punya perjanjian dengan Haura. Entah saat itu ia berhasil menghafal berapa juz dalam Al-Qur’an setelah selama dua pekan di Pesantren Qur’an. Dan saya tidak bertanya. Dan dia pula tidak bercerita. Dia hanya menceritakan beberapa hal mengenai kehidupan di pesantren tersebut, beserta staf-staf pengajarnya. Meski hati ini bertanya-tanya, “lalu berapa yang kamu raih selama dua pekan itu? Lima juz? Sepuluh juz? 20 juz?” Tetap, tak ada jawaban, karena pertanyaan itu hanya saya utarakan dalam hati. ...

Sebuah Kisah | Bidadari, Seorang Pemimpi Nan Indah II

Menginjak tahun keempat, dengan “teman” baru, asrama baru, dan tentunya “semangat” baru. Di sana ada tanda kutip, maka pahamilah.. Ada memori yang hilang di atas sini, entah cara bersyukur kepada Allah, atau cara memanfaatkan peluang, yang pasti saya kehilangan momentum. Berbicara soal momentum, ada yang ahli di bidang ini, Haura. Ya, dia seorang visioner, selalu melihat kedepan. Ibarat berjalan di dalam lorong gelap, ia buat sinar itu datang dari arah belakang, sehingga jelas sudah apa yang ada di hadapannya. Haura adalah seorang pemimpi, yang juga seorang pemimpin. Haura adalah seorang petarung, yang kemudian amunisi pertarungan ia cari yang sebaik mungkin, yang mampu memecahkan tembok halangan sebesar apapun, sekuat apapun. Saya saksi hidup melihat kegigihannya, dan tiada kata selain, “subhanaLLah, wa laa haula wa laa quwwata illa biLLah..” Sesungguhnya, setiap kejadian merupakan serangkaian skenario Allah, sebagaimana takdir berada di tangan Allah, siapapun yang ingin men...

Sebuah Kisah | Bidadari, Seorang Pemimpi Nan Indah I

BismiLLahirRahmanirRahim… Kisah ini merupakan “true story” dari seorang hamba Allah, yang cukup ambil hikmahnya, dan tak perlu bertanya-tanya :) Sore itu saya merenungi ni’mat Allah. Ketika kemudian saya tersadar betapa banyak ni’mat Allah yang saya sia-siakan. Terlebih ketika teringat masa lalu…… Enam tahun silam, dengan bangganya saya mulai menyelami lautan ilmu di Pesantren yang sampai sekarang jiwa saya masih terpaut di sana, di asrama-asramanya, Khadijah, Aisyah, Shafiyah, Zainab, Hafshah, Saudah, Fatimah Az Zahra, dan Ummu Salamah. Sejauh ini hanya asrama-asrama itu yang terkenang di ingatan saya, entah untuk tambahan-tambahannya kini. Ya, saya memulai rutinitas yang sangat sangat sangat saya rindukan sekarang ini. Betapa tidak, fasilitas yang begitu memadai, tahfidz Qur’an, tahsin Qur’an, khithabah, berbahasa inggris dan arab, mufradat, muhadatsah, mukhayyam, hingga kegiatan keilmuan baik eksak maupun sosial apapun. Bekal yang banyak lagi baik untuk kemudian hari. ...